Wednesday, May 13, 2009

Saya Ditawari Nyoblos Obama (I’m Offered to Vote for Obama)

Sun, Nov, 2, 2008

Laporan Rakyat Merdeka Dari Athens, Ohio, AS (7)
Rakyat Merdeka Report from Athens, Ohio, US (7)

Muhammad Rusmadi

Saya Ditawari Nyoblos Obama
(I’m Offered to Vote for Obama)


Menjelang hari-hari pemilihan presiden (pilpres) 4 November ini, pertarungan kedua calon presiden Amrik, Barack Obama dan John McCain makin sengit. Tak cuma itu, para sukarelawan pun kian gigih mengajak warga untuk nyoblos.
Ya, pada pilpres kali ini warga Amrik memang sangat antusias nyoblos. Termasuk dengan banyaknya banner kedua capres yang bisa dilihat dimana-mana. “Di pilpres sebelumnya, Anda tidak bisa melihat suasana seperti ini,” aku Elizabeth Dunn, muslimah Amerika yang saya temui di kawasan Roxbury, Boston, negara bagian Massachusetts.
Juga para sukarelawan yang bergerak turun ke jalanan. Mereka umumnya adalah anak-anak muda. Di pusat kota Boston, di sekitar taman kota Boston Common saya beberapa kali bertemu sukarelawan ini. Meski hawa dingin, mereka berdiri di pinggir jalan sambil menyapa para pejalan kaki yang lewat. Saya juga termasuk yang dihampiri untuk diminta nomor kontak. Maksudnya, mereka akan memastikan, pada 4 November nanti akan nyoblos. Namun saya kasih tahu, saya bukan warga Amerika, tapi wartawan Indonesia yang sedang meliput.
Mereka kaget. “O, berarti Anda nggak nyoblos dong ya,” kata mereka sembari minta maaf. Mereka adalah sukarelawan Obama, Demokrat. Ini terlihat jelas dari kaos biru dan lambang Partai Demokrat yang mereka kenakan. Obrolan singkat tentang Obama yang pernah tinggal di Indonesia pun terjadi. Karena tak ingin mengganggu mereka, saya segera pergi.
Juga saat akan mengunjungi Harvard University. Di tempat menunggu kereta bawah tanah (subway), di kawasan Park Street, juga ada empat sukarelawan yang menyapa setiap calon penumpang subway. Lagi-lagi, mereka ini adalah sukarelawan Demokrat. Namun mereka – menolak memberi identitas karena merupakan peraturan sukarelawan-- menyatakan tidak mengarahkan pemilih untuk memilih siapa nantinya, apakah Obama atau McCain. Namun lebih berupaya mememastika warga untuk nyoblos pada 4 November nanti.
Sukarelawan lainnya juga saya temui di salah satu pojok kampus Ohio University (OU) di kota Athens, negara bagian Ohio. Disini, umumnya sukarelawannya adalah para mahasiswi kulit hitam yang, bisa diduga kuat adalah para pendukung Obama. Meski demikian, menurut salah satu sukarelawan ini, Alyssa Green (21 tahun), mereka hanya ingin memastikan rekan-rekan mereka juga nyoblos. Tidak mengarahkan pilihan rekan-rekan mereka.
Untuk itu, mereka tidak mengenakan simbol-simbol partai tertentu. Ini beda dengan sukrelawan di Boston yang sebelumnya saya temui. Di meja yang mereka gunaka, juga tampak tulisan di karton, “I pledge to vote!!”, “Sumpah, saya akan nyoblos!!”. “Perhari, kami bisa mendapat tandatangan kesediaan mencoblos sedikitnya lima orang,” aku Alyssa.
Sementara di pojok kampus OU lainnya, juga tampak sukarelawan yang mengajak mahasiswa memilih capres yang hanya punya program yang berpihak pada penggunaan energi ramah lingkungan. Untuk itu, mereka membentangkan spanduk hijau di depan meja dan mengajak para mahasiswa lainnya menandatangani selembar kertas dan memberikan nomor atau alamat yang bisa dihubungi.
Tapi diakui Emily Grannis, mahasiswi OU yang juga wartawan suratkabar OU, The Post, para sukarelawan di kampus ini umumnya memang pro Obama. Dan mereka sangat agresif bergerak, sekaligus juga efektif. Terbukti, “ Pendukung Obama umumnya memang anak-anak muda,” tegas John Della Volve, Director of Polling di Institute of Politics, John F. Kennedy School of Government di Cambrigde.
Sementara itu, para capres, baik Obama maupun McCain makin gigih saling serang. Berbagai jurus akhir memojokkan saingan dikeluarkan. Salah satunya yang bisa dilihat pada setiap acara talk show seperti di TV Fox misalnya. TV ini selalu berusaha memojokkan Obama. Terakhir adalah tentang isu keterkaitan Obama dengan aktivis yang pro PLO, Organisasi Pembebasan Palestina, Rashid Khalidi. Dia adalah profesor di University of Chicago, Illinois.
Di Amerika, kedekatan hubungan dengan aktivis Palestina atau yang pro dengan mereka, bisa diartikan sebagai anti Israel atau anti Yahudi dan ini bisa dianggap sebagai “dosa politik”. Karena kaum Yahudi dan Israel selama ini dianggap sebagai sahabat baik bangsa Amerika karena juga dianggap punya peran besar dalam kehidupan bernegara di Amerika. Apalagi selama ini kaum Yahudi dianggap sebagai kaum tertindas dan dikejar-kejar dalam tragedi Holocaust (pembantain massal) oleh kaum rasis Nazi Jerman saat Perang Dunia II dulu.
Ini juga bisa diartikan, memiliki hubungan dengan para akivis Palestina, besar kemungkinan akan membahayakan bangsa Amerika secara umum, anti kemanusiaan, atau bahkan pro teroris, karena selama ini pejuang Palestina, khususnya kelompok HAMAS lebih memilih jalan kekerasan ketimbang jalan diplomasi. Bisa ditebak, isu ini bakal bisa menusuk Obama.
Saat berada di sebuah rumah makan fast food di New Hampshire, tayangan ini muncul di TV. Seorang perempunan berambut pirang setengah baya memperhatikan tayangan tersebut begitu serius.
Ketika diundang dadakan menjadi pembicara dalam diskusi semi formal di Southeast Asian Studies, Center for International Studies, Ohio Universty, hal ini berusaha sebisanya saya jelaskan. Bahwa selama ini tak sedikit bangsa Indonesia yang khawatir, bila McCain terpilih, justru akan menerapkan kebijakan Timur Tengahnya yang lebih cenderung pro perang. Karena sebagai capres Republik, McCain diduga kuat akan melanjutkan kebijakan Bush di Timur Tengah saat ini. Bukan jalan-jalan damai seperti yang diharapkan bisa terjadi bila Obama yang terpilih.
Juga soal pandangan warga Indonesia yang sering sulit memisahkan, karena gara-gara kebijakan internasional Bush (pemerintahan, negara) di Timur Tengah yang pro perang misalnya, banyak warga Indonesia yang mengira, ini adalah pandangan warga Amerika secara umum. Padahal sesungguhnya banyak juga warga Amerika yang benci kebijakannya ini, dan membenci Bush. (Bersambung)

1 comment:

Blog Watcher said...

CAPRES DAN CAWAPRES MULAI SALING SERANG





Hardikan, kecaman, hinaan mulai dilakukan para capres dan cawapres. Tim sukses pun tak mau ketinggalan, mulai melancarkan aksi balasan.

Mendengar kata demi kata aksi tersebut, hati serasa miris jadinya. mereka saling memburukkan, membingungkan saling serang mempertontonkan pola kampanye yang tidak sehat.

Sempitnya fikiran tim sukses pemenangan capres dan cawapres tentang strategi dan karakter calon yang diusung semakin terlihat jelas. Mereka tidak menjelaskan kepada publik apa visi dan misi capres dan cawapresnya. Yang terjadi saling serang, saling memburukkan, debat kusir. Semua yang dilakukan justru akan semakin memperparah keadaan.

Dalam mata khayal, terbayang bagaimana jika budaya saling menyerang ini berimbas ke tingkat bawah. Semua bisa menimbulkan gesekan antar simpatisan calon. Yang kalah akan terjajah, marah, sehingga menimbulkan tawuran antar pendukung.